Review GPS Garmin Nuvi 2565 LM


AKHIRNYA pada hari Jum’at sore tanggal 27 April 2012 GPS pesanan saya Garmin Nuvi 2565 LM sampai juga ke rumah kami di Jalan Terubuk Pekanbaru. Jadi selepas Maghrib kami sekeluarga pulang ke rumah di Jalan Terubuk dari tempat tinggal kami saat ini di Komplek Perumahan Perusahaan di daerah Kubang. Sesampainya di Rumah Terubuk tidak menunggu lama, saya langsung membongkar paket kiriman dari http://www.gpsmurah.com/ dengan tidak sabar. Dari unboxing Garmin Nuvi tersebut (istilah kerennya) dapat dilihat pada foto di bawah ini.

Garmin Nuvi 2565 dan Kotak Kemasannya

Dari foto kelihatan jelas bahwa Garmin Nuvi 2565 LM yang saya beli dilengkapi dengan 2 peta versi Indonesia dan adanya dukungan Gratis Peta Seumur Hidup. Peta yang dimaksud adalah peta City Navigator Indonesia 2012.10 dan Peta Malsing 2011.10 kalau saya gak salah, serta ada tambahan di memory card nya berupa peta Navigasi Net versi 2.18 kalau saya tidak salah.

Lanjutkan membaca “Review GPS Garmin Nuvi 2565 LM”

Akhirnya Pilihan Jatuh Pada Garmin Nuvi 2565 LM


PADA hari Rabu kemarin tanggal 25 April 2012 setelah melalui pertimbangan yang matang dan ditambah lagi masukan dari mas Annas dari Plasa GPS. Akhirnya pilihan GPS dengan sangat terpaksa dijatuhkan pada Garmin Nuvi 2565 LM. Padahal sebenarnya saya ingin sekali mencoba Tomtom Go 2050. Tapi apa mau dikata, saya merasa mas Annas yang sudah cukup pengalaman dalam GPS karena yang bersangkutan sudah mencoba produk Garmin dan Tomtom secara “tersirat” menyarankan agar saya mengambil Garmin. Jadi saya buang jauh-jauh keinginan saya untuk mencoba produk Tomtom.

Pemilihan Garmin Nuvi 2565 LM ini sebenarnya lebih didasarkan pada kelengkapan peta yang didukung oleh Garmin. Walaupun memang sebenarnya Garmin Nuvi 2565 LM saat ini menggunakan peta CNI dari Navteq yang menurut sebagian anggota komunitas GPS peta ini dipandang kurang akurat, tapi karena adanya dukungan peta dari Navigasi.net untuk Garmin maka ada pilihan dalam hal tampilan peta pada Garmin 2565 LM. Apalagi ditambah adanya embel-embel “LM” yang maksudnya adalah garansi atau supporting peta seumur hidup, membuat membeli Garmin Nuvi 2565 LM adalah pilihan yang paling rasional dari pada pilihan yang lain.

Awalnya saya ditawari GPS Garmin Nuvi 50 LM yang jauh lebih murah dibandingkan dengan Garmin Nuvi 2565 LM ini. Dalam benak saya, jika suatu produk berharga murah, maka ada sesuatu yang dikorbankan. Akhirnya saya menanyakan perbedaan produk ini dengan produk lama GPS Garmin Nuvi 1460i. Memang produk Nuvi 50 LM ini termasuk produk baru jika dibandingkan dengan Nuvi 1460i. Dan ketika saya tanyakan perbedaan material dari keduanya, katanya Nuvi 50 LM ini terbuat dari bahan seperti plastik. Karena saya berfikir untuk penggunaan alat yang relatif lama, maka saya kesampingkan pilihan Nuvi 50 LM ini.

Sebenarnya saya sedikit tertarik dengan Garmin Nuvi 1460i. Karena produk ini dari segi material dan kelas sebenarnya sejajar dengan Garmin Nuvi 2565 LM. Jadi membeli salah satu produk ini sebenarnya membeli produk yang sama. Cuma bedanya adalah yang satu produk yang lama dan satunya adalah produk baru. Dan yang baru disematkan fitur kompas dan video. Itu saja perbedaannya selebihnya sama saja. Tapi sekali lagi mengingat yang satu ada dukungan peta seumur hidup akhirnya saya memilih itu.

Garmin Nuvi 2565 LM sendiri terdiri dari 2 model. Model pertama yang harganya lebih murah adalah Garmin Nuvi 2565 LM edisi Malsing, dimana model ini garansi peta seumur hidupnya hanya untuk peta Malaysia dan Singapura saja. Produk ini jauh lebih murah dikarenakan dalam paket penjualannya tidak menyertakan kamera tambahan untuk parking. Jadi untuk produk ini peta Indonesia bisa didapat dengan cara membeli atau menginstall peta dari Navigasi.net.

Sedangkan model kedua yang harganya lebih mahal adalah Garmin Nuvi 2565 LM khusus untuk Indonesia. Dalam produk ini kita diberikan garansi untuk peta City Navigator Indonesia produk Navteq selama seumur hidup. Ditambah lagi adanya tambahan peta Malaysia dan Singapura, menjadikan produk ini cukup menggiurkan bagi saya. Apalagi jika nanti ditambahkan juga peta dari Navigasi.net, wah benar-benar produk pilihan untuk jangka waktu ke depan. Memang dari segi harga cukup memberatkan kantong saya, tapi mengingat material nya pun tidak murahan dan dukungannya yang demikian banyak, rasanya “nothing to loose” untuk mengambil produk ini sebagai pendamiping saya dalam bernavigasi di kendaraan.

Selanjutnya karena pilihan sudah pasti untuk Garmin Nuvi 2565 LM, pada Rabu malam sejumlah dana yang diminta untuk menebus produk ini saya transfer. Dan saat ini saya dalam kondisi menunggu produk itu sampai ke tangan saya. Nanti jika produk itu sampai, saya akan coba untuk membedahnya dan menyajikannya pada pembaca blog saya tentang produk tersebut.

 

Pesan Moral “In Time”


ARTIKEL ini adalah tulisan saya yang saya posting di page facebook pada tanggal 26 Pebruari 2012 dan coba saya pindahkan ke Blog saya agar semua artikel teratur.

Semalam saya menonton film yang berjudul “In Time” yang dibintangi oleh Amanda Seyfried, Justin Timberlake dan Cillian Murphy. Film ini berkisah tentang suatu dunia dimana terbagi-bagi menjadi beberapa Zona Waktu tertentu yang masing-masing Zona menggambarkan kemampuan kelompok masyarakat di Zona tersebut. Dari kelompok miskin hingga kelompok elit (orang kaya).
Film ini mengambil setting bahwa umur manusia diatur oleh otoritas Zona yang mendistribusikan waktu hidup manusia secara kapitalis. Dimana mata uang atau sistem pembayaran akan diredeem ke dalam tubuh melalui persentuhan tangan dimana akan menambah umur dari orang tersebut.

Dikisahkan dalam film ini ketika manusia terlahir di lengan tangannya terdapat sederet angka yang menunjukkan waktu dia akan hidup. Sederetan angka ini akan mulai berjalan alias aktif ketika usia orang tersebut 25 tahun. Setiap orang diberi waktu 50-an tahun dalam angka tersebut. Pembayaran atas barang atau transportasi melalui transfer waktu tersebut, sehingga apabila tidak ada penambahan waktu maka orang tersebut akan mati dalam waktu singkat.
Penghasilan dari pekerjaan akan digunakan oleh orang tersebut untuk membeli tambahan waktu, sehingga orang tersebut akan bisa melanjutkan hidupnya. Konsepnya hampir mirip dengan NFC dalam setiap pembayarannya, cuma NFC tidak berhubungan dengan lamanya manusia hidup.

Jadi setiap orang dalam film ini akan berhenti pertumbuhan tubuhnya ketika usia 25 tahun. Dan kehidupan orang itu pada usia 25 tahun ke atas ditentukan oleh banyaknya waktu yang bisa dimiliki yang tertera pada lengannya. Jika dia orang berada maka waktu yang ada di lengan dia bisa diredeem hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Sehingga jika orang tersebut kaya, maka usia dia bisa di atas 100 tahun atau lebih tapi perawakannya tetap seperti orang berumur 25 tahun.

Yang jadi permasalahan dalam film ini adalah orang-orang tertentu yang masuk dalam Zona Kaya mempermainkan atau memperjualbelikan waktu secara kapitalis. Dimana “orang yang berada” akan dengan mudah memperoleh waktu hingga dekade umur panjang. Sedangkan bagi yang miskin akan terus berjuang untuk hidup dari hari ke hari. Benar-benar kehidupan yang timpang.

Tapi sebenarnya apa yang diceritakan dalam film tersebut hampir sama dengan kehidupan yang kita alami saat ini. Dimana orang-orang berada dengan uang yang dimilikinya mencoba untuk membeli “nyawa” dengan berbagai macam sistem pengobatan yang ada di dunia ini. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu dari segi ekonomi terabaikan dan terseleksi dengan sendirinya oleh penyakit dan kematian.

Akhirnya muncullah Robin Hood dalam film ini yang diperankan oleh Justin Timberlake yang beraksi bagaikan Bony & Clyde dengan putri Konglomerat pemilik dan pendistribusi waktu. Mereka berdua melakukan pencurian dan perampokan pada perusahaan yang mendistribusikan waktu dan menyebarkan hasil rampokannya kepada masyarakat di Zona miskin. Sehingga timbul suatu pendistribusian yang merata ke masyarakat.

Hal seperti ini pun bisa saja terjadi pada dunia yang kita tempati, jika seandainya hajat hidup orang banyak seperti udara atau air nanti harus diperjualbelikan. Benar-benar repot, dimana orang yang kaya akan dengan mudah memperoleh hal yang sangat vital tersebut, sedangkan orang miskin akan semakin susah untuk mendapatkan hal tersebut.

Semoga saja hal seperti itu tidak terjadi pada dunia yang kita cintai ini… Semoga….

Pekanbaru, 26 Pebruari 2012

Manakah yang Akan Saya Ambil, Apakah GPS Tomtom atau Garmin Nuvi??


SUDAH lama rasanya saya tidak menulis di blog yang saya miliki ini. Saya dan keluarga ada rencana untuk pulang kampung ke Kandanghaur dengan mobil. Jadi saat ini saya sedang berfikir untuk membeli GPS navigasi untuk memudahkan saya pulang kampung tanpa tersesat dalam perjalanan dari Pekanbaru ke Kandanghaur.

Saya sudah melakukan searching dan googling merk-merk GPS yang bertebaran di Indonesia, dari yang termurah seperti produk Superspring hingga yang mahal seperti produk Garmin Nuvi. Akhirnya dari hasil baca-baca, pilihan saya mengerucut untuk memilih Garmin Nuvi atau Tomtom. Satu per satu pertimbangan pengerucutan itu akan saya jelaskan dalam artikel ini.

GPS Garmin Nuvi sudah lama “terjun” ke Indonesia. Jadi sudah tidak bisa lagi diragukan kualitasnya dan jaminan komunitasnya yang banyak sekali di Indonesia. Inilah salah satu nilai positif dari produk Garmin di Indonesia. Untuk saat ini (mungkin sejak 2010) Garmin memang sudah tidak lagi menggunakan peta dari Tele Atlas, tapi mengingat komunitasnya yang banyak dan sudah ada peta produk lokal yang gratis dari Navigasi.net, maka hal ini tidaklah menjadi masalah bagi Garmin.

Model GPS Garmin dan GPS Tomtom

Menurut apa yang saya baca dari milis GPS, sejak Garmin menggunakan peta dari Navteq , kualitas peta resmi yang disajikan oleh Garmin menjadi kurang akurat jika dibandingkan dengan peta keluaran Tele Atlas. Memang diakui Tele Atlas sudah sejak lama malang melintang di dunia perpetaan di Indonesia. Tele Atlas juga pernah bekerja sama dengan Bakosurtanal dalam pemetaan wilayah Indonesia. Sudah jelas, hal ini menambah nilai tersendiri bagi kelengkapan peta Tele Atlas di Indonesia. Tapi sejak Tele Atlas dibeli oleh Tomtom, menyebabkan Tomtom memiliki hak eksklusif untuk penyajian peta Tele Atlas di dalam gadgetnya. Otomatis Garmin sebagai pesaing dari Tomtom berpaling ke Navteq yang “kurang” memiliki pengalaman perpetaan di Indonesia. Dan ini berimbas dengan banyaknya komplain dari peta yang dikeluarkan oleh Navteq pada produk-produk Garmin. Untungnya Garmin diuntungkan dengan nama besarnya dan komunitas yang ada di belakangnya dan adanya peta lokal dari Navigasi.net yang gratis yang menjadi alternatif tambahan dalam produk Garmin, dengan tetap berharap semoga ke depannya peta keluaran Navteq akan lebih sempurna lagi.

Berbicara mengenai peta, tidak lepas kaitannya dengan 2 perusahaan “pemasok” peta terbesar di dunia, yaitu Tele Atlas dan Navteq. Tele Atlas berangkat dari penguasaan di daratan Eropa untuk selanjutnya mencoba untuk merangsek ke Amerika dan selanjutnya Asia. Sedangkan Navteq berangkat dari penguasaan di Amerika dan selanjutnya merangsek ke Asia dan Eropa. Tele Atlas saat ini telah dikuasai oleh Tomtom dan Navteq sendiri dikuasai oleh Nokia. Produk-produk GPS yang beredar di dunia menggunakan peta dari kedua perusahaan tersebut.

Lanjutkan membaca “Manakah yang Akan Saya Ambil, Apakah GPS Tomtom atau Garmin Nuvi??”