Pekerjaan dan Penghasilan….


MEMANG benar seperti yang banyak orang-orang katakan bahwa kita bekerja untuk mendapatkan penghasilan, jadi buat apa kita bekerja kalau tidak mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang kita lakukan. Pernyataan itu saya katakan 100% benar dan tepat, tapi kadang aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa harus seperti itu. Kenapa saya katakan begitu? Karena adanya efek di belakangnya yang membuat kita tidak ikhlas sehingga akan menimbulkan penyakit hati pada diri kita.

Misalnya jika kita mengerjakan pekerjaan yang kita tahu penghasilannya kecil. Jika kita berpedoman pada pernyataan di atas, maka efek yang ditimbulkannya adalah kita jadi malas untuk mengerjakannya dan dampaknya adalah pada kualitas hasil pekerjaan yang kita lakukan yang akhirnya adalah pada tidak puasnya si pemberi kerja. Karena kita tidak tahu bahwa pekerjaan sepele berpenghasilan kecil yang kita kerjakan ternyata itulah jualan utama kita.

Sering dijumpai di tempat-tempat kerja, karyawan mengeluh dengan banyaknya pekerjaan yang harus mereka kerjakan padahal penghasilan yang mereka terima tidak mengalami peningkatan yang menurut mereka cukup berarti. Efek dari mengeluh ini adalah mereka jadi malas untuk mengerjakan pekerjaan tersebut yang mendorong pada kurangnya loyalitas dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Memang sepintas lalu si karyawan tidak akan mendapatkan dampak dari ketidakpuasan yang mereka tunjukkan. Tapi mereka tidak menyadari bahwa atasan mereka memperhatikan hal tersebut. Implikasi dari ini bisa terjadi di waktu-waktu yang akan datang. Misalnya si karyawan tidak masuk dalam prioritas atasannya untuk mendapatkan promosi atau ketika si karyawan pindah kerja ke perusahaan baru, si atasan bisa saja memberikan referensi negatif atas kinerjanya di perusahaan baru tempat dia bekerja.

Lanjutkan membaca “Pekerjaan dan Penghasilan….”

Pesan Moral “In Time”


ARTIKEL ini adalah tulisan saya yang saya posting di page facebook pada tanggal 26 Pebruari 2012 dan coba saya pindahkan ke Blog saya agar semua artikel teratur.

Semalam saya menonton film yang berjudul “In Time” yang dibintangi oleh Amanda Seyfried, Justin Timberlake dan Cillian Murphy. Film ini berkisah tentang suatu dunia dimana terbagi-bagi menjadi beberapa Zona Waktu tertentu yang masing-masing Zona menggambarkan kemampuan kelompok masyarakat di Zona tersebut. Dari kelompok miskin hingga kelompok elit (orang kaya).
Film ini mengambil setting bahwa umur manusia diatur oleh otoritas Zona yang mendistribusikan waktu hidup manusia secara kapitalis. Dimana mata uang atau sistem pembayaran akan diredeem ke dalam tubuh melalui persentuhan tangan dimana akan menambah umur dari orang tersebut.

Dikisahkan dalam film ini ketika manusia terlahir di lengan tangannya terdapat sederet angka yang menunjukkan waktu dia akan hidup. Sederetan angka ini akan mulai berjalan alias aktif ketika usia orang tersebut 25 tahun. Setiap orang diberi waktu 50-an tahun dalam angka tersebut. Pembayaran atas barang atau transportasi melalui transfer waktu tersebut, sehingga apabila tidak ada penambahan waktu maka orang tersebut akan mati dalam waktu singkat.
Penghasilan dari pekerjaan akan digunakan oleh orang tersebut untuk membeli tambahan waktu, sehingga orang tersebut akan bisa melanjutkan hidupnya. Konsepnya hampir mirip dengan NFC dalam setiap pembayarannya, cuma NFC tidak berhubungan dengan lamanya manusia hidup.

Jadi setiap orang dalam film ini akan berhenti pertumbuhan tubuhnya ketika usia 25 tahun. Dan kehidupan orang itu pada usia 25 tahun ke atas ditentukan oleh banyaknya waktu yang bisa dimiliki yang tertera pada lengannya. Jika dia orang berada maka waktu yang ada di lengan dia bisa diredeem hingga puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Sehingga jika orang tersebut kaya, maka usia dia bisa di atas 100 tahun atau lebih tapi perawakannya tetap seperti orang berumur 25 tahun.

Yang jadi permasalahan dalam film ini adalah orang-orang tertentu yang masuk dalam Zona Kaya mempermainkan atau memperjualbelikan waktu secara kapitalis. Dimana “orang yang berada” akan dengan mudah memperoleh waktu hingga dekade umur panjang. Sedangkan bagi yang miskin akan terus berjuang untuk hidup dari hari ke hari. Benar-benar kehidupan yang timpang.

Tapi sebenarnya apa yang diceritakan dalam film tersebut hampir sama dengan kehidupan yang kita alami saat ini. Dimana orang-orang berada dengan uang yang dimilikinya mencoba untuk membeli “nyawa” dengan berbagai macam sistem pengobatan yang ada di dunia ini. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu dari segi ekonomi terabaikan dan terseleksi dengan sendirinya oleh penyakit dan kematian.

Akhirnya muncullah Robin Hood dalam film ini yang diperankan oleh Justin Timberlake yang beraksi bagaikan Bony & Clyde dengan putri Konglomerat pemilik dan pendistribusi waktu. Mereka berdua melakukan pencurian dan perampokan pada perusahaan yang mendistribusikan waktu dan menyebarkan hasil rampokannya kepada masyarakat di Zona miskin. Sehingga timbul suatu pendistribusian yang merata ke masyarakat.

Hal seperti ini pun bisa saja terjadi pada dunia yang kita tempati, jika seandainya hajat hidup orang banyak seperti udara atau air nanti harus diperjualbelikan. Benar-benar repot, dimana orang yang kaya akan dengan mudah memperoleh hal yang sangat vital tersebut, sedangkan orang miskin akan semakin susah untuk mendapatkan hal tersebut.

Semoga saja hal seperti itu tidak terjadi pada dunia yang kita cintai ini… Semoga….

Pekanbaru, 26 Pebruari 2012

Mencoba Menjadi Insan yang Sempurna…


DALAM beberapa minggu ini saya senantiasa mencoba untuk membenahi diri saya agar bisa menjadi insan yang Sempurna. Kesempurnaan yang saya sampaikan di sini sangat sulit saya jelaskan dengan kata-kata. Tapi yang jelas yang saya inginkan adalah kesempurnaan yang hakiki dari segi ruhani.

Untuk menuju kesempurnaan tersebut saya mencoba merubah pola hidup saya, dimana saat ini saya mulai biasakan tubuh saya untuk yang ringan-ringan, seperti makan apabila memang sudah lapar dan berhenti apabila memang sudah akan kenyang. Kemudian saya pun mencoba untuk membiasakan puasa setiap Senin dan Kamis. Kemudian saya pun mencoba untuk menjaga perkataan dan perbuatan saya untuk mengeluarkan perkataan dan perbuatan yang penting-penting saja.

Selain itu, dalam beberapa minggu terakhir ini saya sudah coba membiasakan diri untuk melaksanakan sholat Dhuha setiap hari. Dan Alhamdulillah sejak saya mencoba untuk berubah ke arah lebih baik hingga sekarang belum ada sholat Dhuha yang tertinggal tidak saya laksanakan.

Tapi satu hal yang masih sulit sekali saya laksanakan adalah sholat Malam (tahajud). Satu hal ini kayaknya sulit sekali saya lakukan karena terkadang karena aktifitas kantor yang melelahkan dan ditambah lagi faktor malas akhirnya yang terjadi adalah saya tertidur tidak melaksanakan hal ini.

Saya berharap suatu saat saya bisa berjalan pada koridor yang sudah semestinya menuju kesempurnaan hidup yang hakiki, sehingga ketika tiba masanya bagi saya, saya akan bisa terbang seperti burung di angkasa.

Semoga………………………………….

Mencoba menjadi Insan Kamil….


TERNYATA sulit juga untuk bersifat sabar dan ikhlas. Benar-benar sulit bagi saya untuk mengamalkan kedua sifat tersebut, apalagi jika saya sudah punya antipati terhadap seseorang bukannya keluar kata-kata yang halus tapi malah keluar kata-kata yang keras. Belum lagi tekanan pekerjaan dan kesibukan bisa membuat saya benar-benar kehilangan kesabaran saya. Misalnya pas lagi sibuk-sibuknya trus ada yang telpon dan si penelepon tidak langsung ke pokok pembicaraan tapi banyak sekali bicara ngalor ngidul ditambah lagi ngomongnya seperti dipikirkan lama banget…. wah seperti itu langsung saja kesabaran saya habis sering saya putus-putus pembicaraan dan langsung saya arahkan apakah ini maksudnya?

Trus hal yang membuat saya hilang kesabaran lagi adalah jika ada orang yang sudah dibilangin trus ngeyel artinya susah sekali untuk dibilangin. Ditambah lagi jika orang yang bersangkutan tubuhnya mengeluarkan bau yang membuat saya mual. Kalau sudah begini rasanya sulit sekali untuk sabar dan ikhlas membantu orang tersebut. Benar-benar susah sekali. Mungkin orang lain melihat saya tetap membantu orang tersebut, tapi saya pribadi jauh di lubuk hati saya membantunya tidak ikhlas tapi hanya ingin agar si orang tersebut segera tidak berada di hadapan saya. Ya Allah ternyata sulit sekali ya ikhlas dan sabar itu….

Jadi untuk satu kata sabar saja rasanya benar-benar sulit sekali apalagi ditambah ikhlas. Tapi saya mencoba untuk merubah diri. Mencoba untuk bisa sabar dan ikhlas atas segala perangai dan tindak tanduk orang-orang di sekeliling saya. Semoga saja saya bisa mengamalkan itu semua dan menjadi insan yang lebih baik lagi.

Hal yang sulit lagi adalah mengerem mulut saya untuk tidak membicarakan orang lain dan tidak membicarakan hal-hal yang buruk. Ini pun rasanya sulit sekali, karena bahan cerita tersebar di sekeliling saya. Dan saya perhatikan diri saya sendiri rasanya tidak ada sehari pun yang benar-benar tidak membicarakan orang lain. Belum lagi sifat iri dengki pada diri saya rasanya walaupun mungkin kadarnya sedikit (menurut penilaian pribadi saya) tapi saya merasakan itu masih tetap ada. Dan saya pun merasa sulit sekali untuk menghilangkan sifat demikian.

Intinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, saya musti bisa mengamalkan sifat-sifat :

  1. Sabar
  2. Ikhlas
  3. Bertutur kata baik dan ramah
  4. Jangan bergunjing
  5. Berprasangka baik
  6. Tidak iri hati dan dengki
  7. Tidak sombong dan angkuh

Untuk mengamalkan semuanya benar-benar sulit… tapi semoga saya bisa….