HARI INI saya mendapat komentar yang saya anggap cukup menarik untuk disimak. Komentar tersebut tepatnya ditulis di artikel “Foto dan Review Eksklusive My New iMac”. Komentar ditulis oleh Bangkawarah dengan alamat email bankcurut@gmail.com, isi komentar: “Iyolah inyo punyo pitih,,,,,,,,,bisa bali yang inyo suko. pamer ni ye…………. guifaozxn;pbgj0sGJ’dasopGbjksp mb’sIOPER)_f[aev]”.
Membaca isi komentar tersebut tergelitik hati saya. Di satu sisi saya menyadari mungkin dipandang dari sudut tertentu artikel yang telah saya tulis bersifat pamer. Dan saya akui benar bahwa itu memang bersifat pamer walaupun dalam hati saya tidak bermaksud demikian. Tapi di sisi lain, saya merasa memiliki iMac adalah suatu impian yang akhirnya bisa terwujud.
Jika merunut ke belakang, ke masa lalu dan masa kecil saya, rasanya sulit dibayangkan suatu saat saya akan bisa memiliki sebuah iMac. Saya terlahir dari keluarga sederhana yang bisa dipandang serba kekurangan. Rasanya tidak mungkin saya ceritakan dari kecil, yang jelas ketika kuliah dari tahun 1993 hingga 1998 saya musti mengirit uang kiriman dari orang tua yang hanya Rp 100.000,- sebulan. Hingga akhirnya pola makan pun berubah, yang sebelumnya ketika masih ikut orang tua (dari SD sampai SMA) saya makan 3 kali sehari, berubah menjadi hanya 2 kali sehari. Sampai saat ini, saya terbiasa makan hanya 2 kali sehari siang dan malam saja mengikuti kebiasaan saya ketika kuliah.