Menjembatani Perbedaan dengan Pengorbanan


ANDA mungkin tidak bisa membayangkan, sebesar apa dampak dari keputusan yang diambil walaupun dasar dari suatu keputusan yang diambil itu adalah kebenaran. Demikian pula halnya dalam hubungan pernikahan, suatu keputusan yang Anda ambil berdasarkan kebenaran ataupun berdasarkan kepatutan akan berakibat “dahsyat” pada hubungan Anda selanjutnya.

Pernikahan adalah suatu upaya menyatukan dua individu dari dua pola pikir yang berbeda. Penyatuan ini tidak hanya sesimple itu, dua pola piker yang masing-masing berbeda membawa juga banyak perbedaan dari segi sifat, kebiasaan, karakteristik, dan sebagainya. Kadang misalnya pada keluarga si suami sudah biasa saling terbuka, dimana ketika seseorang melakukan kesalahan langsung ditegur dengan keras. Memang dari situ muncul adu argument yang sebagian diselingi dengan pertengkaran kecil untuk kemudian akhirnya berbaikan kembali tanpa butuh waktu yang lama. Nah, mungkin hal ini tidak berlaku dan tidak terdapat pada keluarga si Istri, dimana pada keluarga Istri tidak ada sistem teguran langsung seperti ini tapi sistemnya dibiarkan saja atau diberikan nasehat oleh orang terdekatnya (misal ibunya sendiri) yang intinya perubahan dari apa yang disampaikan itu tidak seketika karena tergantung dari pada perubahan dari dirinya sendiri.

Lanjutkan membaca “Menjembatani Perbedaan dengan Pengorbanan”

Perenungan Diri


APA YANG Anda harapkan jika Anda sebagai laki-laki omongan Anda tidak lagi bisa didengar oleh istri Anda. Apa yang Anda harapkan lagi jika istri Anda tetap melakukan apa yang diinginkannya walaupun Anda sudah melarangnya? Hal ini berarti Anda dan istri Anda sudah tidak lagi memiliki hal yang sepaham. Apapun yang Anda lakukan atau perintahkan, pasti dia tidak menurutinya.

Untuk beberapa orang masalah di atas bukan masalah besar, apalagi jika hal yang menjadi pangkal permasalahan bukan merupakan hal yang sifatnya prinsipil. Tapi saya melihat bukan pada pangkal masalah prinsipil dan tidaknya, tetapi pada esensi Anda sebagai seorang laki-laki, suami, ayah dan pimpinan keluarga. Jika Anda sebagai pimpinan keluarga tidak lagi dianggap dalam keluarga Anda, saya merasa sudah sepantasnya jika saya yang menjadi Anda maka saya akan meletakkan jabatan pimpinan keluarga tersebut.

Mungkin apa yang saya katakan di atas dipandang oleh beberapa orang sangat gegabah atau tidak berfikir ke depan. Tapi saya melihat jauh ke depan. Penyangkalan oleh istri dalam keluarga yang pertama dan yang kedua mungkin hanya sekedar “mengetest” saja, tapi jika hal itu akhirnya berulang kali dilakukan maka sudah sepantasnya jika memang Anda sebagai suami sudah tidak lagi memiliki arti di mata istri Anda. Sekarang ataupun nanti sepertinya akan berakhir kepada hal yang sama, jadi saya merasa tidak ada yang lebih baik apakah keputusan diambil sekarang ataupun nanti.

Memang saya akui, keputusan terburuk yang diambil bakalan “menghancurkan” bahtera yang sudah sedemikian lama berlayar. Akan ada orang yang akan dikorbankan, yang kalau meminjam istilah bahtera yang dikorbankan adalah ABK alias Anak Buah Kapal yang akhirnya menganggur tidak lagi bisa mengarungi lautan dengan bahtera tersebut. Tapi dalam sebuah bahtera tetap saja harus ada satu Kapten Kapal yang memberi perintah tunggal. Jika ada dua Kapten Kapal, maka tunggu saatnya kapal tersebut akan karam.

Renungan Hidup


PERNAHKAH Anda merasakan bahwa Anda seperti sebutir debu dalam alam semesta yang sangat luas?? Pernahkah Anda merasakan bahwa Anda hanya sebagai seorang pemeran yang perannya akan berjalan apa adanya dalam dunia yang demikian luas? Seorang pemeran yang tidak bisa serta merta merubah peran yang dilakoninya? Pernahkah Anda merasa bahwa walaupun Anda memiliki keluarga, memiliki anak, istri, orang tua, kakak, adik ataupun kerabat pada intinya Anda sendirian menjalani hidup ini dan memerankan apa yang menjadi peran Anda?

Akhir-akhir ini saya merasakan hal-hal yang saya tulis di atas seperti terjadi pada diri saya. Saya merasa seakan-akan sendiri menjalani kehidupan dengan tujuan yang saya sendiri tidak tahu. Terlepas dari tujuan hidup “biasa” yang wajib saya penuhi, yaitu menghidupi anak dan istri saya dan menjadi pemimpin bagi keluarga saya, saya merasakan dalam puncak pemahaman saya bahwa masing-masing orang sudah ada peran yang dibawakannya, dirubah ataupun tidak bakalan memberikan dampak yang terus menerus atas keseimbangan alam yang sudah bertahun-tahun lalu tercipta. Selalu ada pemeran-pemeran tertentu yang tanpa disadari membuat sesuatu menjadi lebih ke kiri dan membuat sesuatu yang lain lebih ke kanan. Semua peran tersebut tanpa membedakan gender, tanpa melihat dia keturunan siapa, dan lain sebagainya. Sampai saya mencapai suatu pemahaman bahwa semuanya itu berjalan sendiri-sendiri.

Pernahkan Anda merasakan Anda bermimpi memerankan orang lain dalam mimpi Anda, dan Anda terbangun keesokan harinya dengan pikiran seperti orang linglung tidak tahu waktu, apa yang akan dikerjakan dan nama Anda saat ini untuk beberapa saat?? Sudah beberapa kali saya merasakan hal itu. Saya merasakan mimpi seolah-olah saya memerankan orang lain dan saya terbangun dengan linglung seolah-olah roh saya mencoba untuk mengenali tubuh dan diri saya saat ini. Untuk beberapa saat saya bingung, apa yang ingin saya lakukan. Saya terbangun seolah-olah saya berada di tempat lain, dimana saya tidak mengenali kamar tidur saya, dimana saya tidak tahu suah berapa lama saya tidur, dimana saya tidak tahu jam dan waktu saat itu, seolah-olah semuanya asing bagi diri saya. Apakah Anda pernah merasakan ini?

Mungkin sebagian dari Anda merasakan bahwa apa yang saya rasakan adalah perasaan orang yang putus asa atau sejenisnya. Tapi saya merasakan bahwa saya tidak putus asa, dan saya tidak ada keinginan untuk bunuh diri atau sebangsanya, cuma saya merasakan hal seperti di atas terjadi pada diri saya.

Mungkinkan Anda merasakannya juga??? Sekedar merenungi hidup dan kehidupan.

Anakku Belajar Bersepeda


TADI PAGI saya ajarkan anak saya bersepeda roda dua. Sepeda model BMX yang saya beli ketika usia dia masih 3 tahun-an sebagai kado ulang tahun dia. Sebelumnya sepeda itu ada roda tambahan atau penyangga di sebelah kanan dan kirinya. Entah kenapa, mungkin ketika dia melihat salah satu iklan di TV dimana ada salah satu anak yang meminta Ayahnya untuk melepaskan roda penyangga, eh tidak disangka anak saya menginginkan hal yang sama. Akhirnya oleh Atuknya roda penyangga yang ada di sebelah kanan dan kiri sepedanya dilepas.

Setelah dilepas, kerjaan dia sehari-hari mendorong sepeda itu putar-putar rumah. Kasihan juga saya melihatnya karena saat itu dia tidak bisa menaiki sepedanya dikarenakan sudah tidak ada lagi penyangganya. Pas hari ini bertepatan dengan liburan Nyepi, saya ajak anak saya untuk belajar naik sepeda di lapangan dekat rumah. Dengan gembira dia membawa sepedanya dan langsung dicoba. Tidak lupa saya pegang dia kuat-kuat takut terjatuh. Maklum lah, usianya masih sangat kecil masih berusia 4 tahunan.

Setelah capek dorong sana dan dorong sini, akhirnya saya melihat sudah ada kemajuan. Dimana dia sudah mulai bisa menaiki sepeda. Cuma sayangnya kelihatannya masih belum bisa membelok ke arah kanan, beloknya masih ke kiri terus. Kalau dipaksa belok ke arah kanan langsung bisa jatuh.

Ada hal lucu pas ngajarin anak saya bersepeda. Saat itu dia sudah sedikit agak lancar dibandingkan pada pagi hari. Jadi saya lepas begitu saja. Saya nunggu di pinggiran lapangan. Jadi ntah kenapa mungkin karena pikiran saya lagi di tempat lain, saya tidak memperhatikan arah bersepeda anak saya. Gak tahunya tanpa disangka sepeda yang dikendarai anak saya sedang meluncur ke arah parit. Yah, akhirnya tidak bisa dielakkan jatuhlah anak saya ke parit tersebut. Langsung nangis dia, tapi untungnya nangisnya tidak memakan waktu lama dan dia mau menaiki sepedanya kembali.

Yang jelas, saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, ternyata tidak memakan waktu lama hanya 1 hari saja dari pagi sampai siang, anak saya bisa menaiki sepeda roda duanya. Selanjutnya mungkin tinggal melancarkan bersepedanya saja. Rencananya sih anak saya akan saya ajak pada hari Minggu esok ke Jalan Diponegoro pas pagi-pagi hari, karena di sana setiap hari Minggu ada Car Free Day atau hari bebas mobil hingga siang hari. Mudah-mudahan dengan begitu dia semakin semangat untuk bersepeda dan semakin lancar.