APA YANG Anda harapkan jika Anda sebagai laki-laki omongan Anda tidak lagi bisa didengar oleh istri Anda. Apa yang Anda harapkan lagi jika istri Anda tetap melakukan apa yang diinginkannya walaupun Anda sudah melarangnya? Hal ini berarti Anda dan istri Anda sudah tidak lagi memiliki hal yang sepaham. Apapun yang Anda lakukan atau perintahkan, pasti dia tidak menurutinya.
Untuk beberapa orang masalah di atas bukan masalah besar, apalagi jika hal yang menjadi pangkal permasalahan bukan merupakan hal yang sifatnya prinsipil. Tapi saya melihat bukan pada pangkal masalah prinsipil dan tidaknya, tetapi pada esensi Anda sebagai seorang laki-laki, suami, ayah dan pimpinan keluarga. Jika Anda sebagai pimpinan keluarga tidak lagi dianggap dalam keluarga Anda, saya merasa sudah sepantasnya jika saya yang menjadi Anda maka saya akan meletakkan jabatan pimpinan keluarga tersebut.
Mungkin apa yang saya katakan di atas dipandang oleh beberapa orang sangat gegabah atau tidak berfikir ke depan. Tapi saya melihat jauh ke depan. Penyangkalan oleh istri dalam keluarga yang pertama dan yang kedua mungkin hanya sekedar “mengetest” saja, tapi jika hal itu akhirnya berulang kali dilakukan maka sudah sepantasnya jika memang Anda sebagai suami sudah tidak lagi memiliki arti di mata istri Anda. Sekarang ataupun nanti sepertinya akan berakhir kepada hal yang sama, jadi saya merasa tidak ada yang lebih baik apakah keputusan diambil sekarang ataupun nanti.
Memang saya akui, keputusan terburuk yang diambil bakalan “menghancurkan” bahtera yang sudah sedemikian lama berlayar. Akan ada orang yang akan dikorbankan, yang kalau meminjam istilah bahtera yang dikorbankan adalah ABK alias Anak Buah Kapal yang akhirnya menganggur tidak lagi bisa mengarungi lautan dengan bahtera tersebut. Tapi dalam sebuah bahtera tetap saja harus ada satu Kapten Kapal yang memberi perintah tunggal. Jika ada dua Kapten Kapal, maka tunggu saatnya kapal tersebut akan karam.