Kenangan Masa Kecil…


SEKILAS kita kembali lagi ke zaman dahulu ketika saya kecil. Dahulu di tempat saya tinggal, masih ada yang namanya kawedanan yang artinya adalah kantor Pembantu Bupati. Saya ingat dahulu sebelum telpon bisa menyebar seperti saat ini, yang memiliki telpon hanyalah kantor kawedanan ini. Kantor Kawedanan merangkap sebagai rumah tinggal Wedana memiliki bangunan yang masih bercorak kolonial. Kabarnya bangunan ini dulunya memang bekas peninggalan Belanda dan merupakan saksi bisu dari perlawanan Jaka Sembung dan Bajing Ireng terhadap penjajah Belanda.

Saya kecil dulu sering bermain-main di halaman Kawedanan, dimana di halamannya ditumbuhi pohon-pohon yang besar dan rindang. Salah satu pohon besar yang tumbuh di halaman Kawedanan adalah pohon Asem. Dahulu saya sering kucing-kucingan dengan penjaga Kawedanan untuk memungut buah Asem yang jatuh di halaman Kawedanan. Buah Asem ini untuk kemudian akan saya bubuhi dengan sedikit gula yang saya ambil dari rumah untuk selanjutnya saya makan. Rasanya persis seperti permen Asem yang banyak dijual sekarang. Kadang-kadang saya pun mengambil daun-daun Asam yang masih muda untuk selanjutnya akan dijemur untuk dikeringkan dan dicampur dengan gula rasanya benar-benar nikmat pada saat itu.

Dari seringnya saya bermain-main di halaman Kawedanan inilah saya bisa melihat anak-anak “gedongan” bisa sekolah di TK yang terletak di dalam lingkungan Kawedanan ini. Terus terang saat itu saya benar-benar “ngiler” ingin bisa seperti mereka. Karena saya melihat di TK tersebut banyak terdapat mainan, sedangkan saya ingin ikut bermain pun tidak berani untuk bergabung dengan mereka. Tapi apa daya orang tua saya bukan dari golongan berada, dan berfikir untuk tidak perlu menyekolahkan ke TK tapi langsung ke jenjang berikutnya saja yaitu SD.

Akhirnya tanpa mengikuti pendidikan di TK, ketika tiba waktunya saya untuk masuk SD, tahun 1981 saya dimasukkan ke SD Negeri Kandanghaur I oleh orang tua saya. SD ini letaknya di dekat pasar sehingga aroma dari makanan dan pasar bisa tercium ke ruangan kelas. SD yang saya masuki ini termasuk SD Favorit di Kecamatan Kandanghaur. Dimana banyak anak-anak “gedongan” melanjutkan SD nya ke SD ini. Tidak seperti di SD-SD yang lain dimana anak-anak sekolahnya masih banyak yang tidak memakai alas kaki, SD tempat saya sekolah mengharuskan anak-anak sekolahnya mengenakan sepatu. Jadi di SD inilah saya menamatkan pendidikan dasar saya dengan nilai yang cukup bagus.

Satu kenangan yang tidak terlupakan pada saat SD adalah tentang baju seragam SD. Dahulu saya sempat minder dimana dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 atau kelas 4 (saya lupa kepastiannya), saya memakai seragam SD yang didesain dan dibuat langsung oleh Ibu saya. Alhamdulillah saya memiliki Ibu yang sangat sayang pada saya dan sangat kreatif. Ibu saya pandai menjahit dan kemampuan menjahitnya didapat dari otodidak.

Dari kemampuan menjahit Ibu saya tersebut dibuatlah seragam SD yang harus saya kenakan. Seragam tersebut sama seperti warna seragam SD pada umumnya yaitu Merah Putih, tapi dengan corak khas buatan Ibu saya, dimana untuk baju putihnya yang dibuat ngepas dengan badan kecil saya dibubuhi bordiran tangan Ibu saya di bagian dada sebelah kiri. Dan celananya dibuat oleh Ibu saya dengan tali kolor hitam yang disematkan ke dalam celana dengan menggunakan peniti. Celana model ini dibuat karena pada saat itu Ibu saya masih belum bisa membuat celana modern seperti yang ada sekarang. Jadi celana merah saya benar-benar beda dengan celana yang dipakai oleh teman-teman saya di SD.

Ketika masih Kelas 1 dan 2 hal ini tidak menjadi persoalan bagi diri saya, tapi semakin lama hal ini menjadi persoalan tersendiri dimana teman-teman saya sering mencoba untuk mempeloroti celana yang saya kenakan. Akhirnya setelah saya kelas 3 atau 4 kalau tidak salah, Ibu saya menyadari hal itu dan mau membelikan celana merah yang sudah jadi kepada saya.

Sempat suatu saat ketika saya sekolah, celana kolor merah yang saya kenakan tali kolornya putus. Menghadapi hal ini saya lari pulang ke rumah dengan menahan celana saya agar tidak melorot. Benar-benar hal yang sangat memalukan pada saat itu. Untung saja rumah tempat kami ngontrak dekat dengan SD tempat saya menuntut ilmu. Akhirnya setelah saya mengganti celana merah tersebut saya lari lagi ke sekolah untuk melanjutkan kegiatan saya.

Lulus SD pada tahun 1987 dengan nilai yang sangat baik membuat saya dengan mudah diterima di SMP Favorit di kecamatan tempat saya tinggal, yaitu SMP Negeri Kandanghaur. SMP Negeri Kandanghaur berjarak cukup jauh dari tempat saya tinggal, dimana saya ke sekolah dengan berjalan kaki dan sesekali dengan menggunakan sepeda mini pemberian dari Tante saya.

Kenangan indah yang masih saya ingat dari bersekolah di SMP Negeri Kandanghaur adalah setiap pergi ke sekolah saya dibekali “bontot” (kata orang Sumatera) oleh Ibu saya berupa nasi goreng yang dibubuhi kacang tanah goreng. Wah bontot ini benar-benar nikmat banget menurut saya, dan cita rasa bontot nasi goreng bikinan Ibu saya inipun sampai sekarang masih terdata di lidah saya. Saya masih ingat aromanya yang benar-benar nikmat karena bontot ini dibungkus oleh Ibu saya menggunakan daun pisang yang tumbuh di halaman rumah saya. Wangi dari nasi goreng ditambah dengan daun yang terkena panas nasi benar-benar menciptakan aroma tersendiri yang lain dari pada yang lain.

Yang jadi masalah adalah ketika tiba waktunya untuk memakan bekal bontot itu. Semua teman-teman sekolah saya tidak ada yang membawa bontot karena mereka makan dengan berbelanja di kantin sekolah. Saya saat itu karena memang tidak dibekali uang jajan yang cukup dan hanya diberikan bontot nasi goreng, akhirnya dengan sembunyi-sembunyi memakan bontot tersebut dengan tetap waspada melihat ke arah teman-teman saya apakah ada yang memperhatikan saya atau tidak. Untung saja, sejak kelas 2 atau 3 saya sudah tidak lagi membawa bontot karena diberi jajan yang cukup (mepet) untuk bisa membeli nasi di kantin sekolah.

Lulus dari SMP Negeri Kandanghaur dengan nilai yang bagus pada tahun 1990 membuat saya dengan mudah diterima di sekolah terfavorit di Kabupaten Indramayu yaitu SMA Negeri 1 Indramayu. Karena letaknya di Ibu Kota Kabupaten, membuat saya pisah dengan orang tua saya. Selama sekolah di SMA Negeri 1 Indramayu saya tinggal di rumah Kakek dan Nenek saya di Sindang.

Tapi nasib memang berkata lain, dikarenakan pada saat saya kecil saya ini termasuk orang yang “kebluk” alias kalau sudah tidur susah sekali untuk dibangunkan. Akhirnya karena orang tua saya malu dan segan kepada Kakek dan Nenek saya, selepas semester 1 saya ditarik pulang untuk bersekolah di SMA Negeri Kandanghaur. Akhirnya pendidikan SMA saya diselesaikan di SMA Negeri Kandanghaur ini pada tahun 1993.

Oleh karena prestasi saya yang cukup bagus  dan senantiasa dapat rangking selama SMA, saya mendapat kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi lewat jalur PMDK alias tanpa test. Alhamdulillah saya bisa kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil jurusan Management Hutan Fakultas Kehutanan. Banyak suka duka yang saya dapat di sini hingga akhirnya pada tahun 1998 di bulan September saya berhasil diwisuda dari Institut Pertanian Bogor.

Kenangan yang tidak terlupakan adalah pada tahu terakhir saya kuliah, dimana saya sudah tidak lagi mendapatkan biaya untuk bisa kost di Bogor. Saya musti kucing-kucingan dengan Bapak Kost tempat kost adik saya untuk bisa tinggal dan beristirahat di kost-an nya. Terkadang saya pun tidur di kost-an teman saya untuk menhindari kecurigaan bapak kost tempat adik saya kost tersebut.

Kenangan lainnya adalah bagaimana saya menyelesaikan skripsi saya dengan menumpang ngetik di komputer saudara saya di Klender Jakarta Timur. Saya harus pandai-pandai membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan kuliah saya dengan keterbatasan biaya yang diberikan oleh orang tua saya. Alhamdulillah skripsi saya kelar dan saya bisa menamatkan kuliah dengan nilai yang saya anggap cukup pas-pasan.

Demikianlah sekelumit dari kenangan masa kecil saya yang sampai saat ini masih terpatri di benak saya. Alhamdulillah semuanya sudah terlalui bagi saya dan saya sangat bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT kepada saya hingga saat ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pembelajaran bagi siapa saja yang membacanya… Amin….

Pekanbaru, 14 Mei 2012

Satu komentar pada “Kenangan Masa Kecil…”

  1. ya ya inget sekali kalau dulu sering bermain di halaman kawedanaan Kandanghaur, mencari buah asam…
    dan sayapun sambil menyiram tanaman pot melihat sampeyan bermain bersama kakak sampeyan Iffah dan Aidi. pekerjaan ini saya kerjakan untuk membantu orang tua saya yang sudah sepuh sebagai penjaga telepon alias kemit. Semoga pengalaman pahit waktu kecil sebagai pemacu semangat kita untuk tetap rendah hati dan tidak sombong…. salam dari Durajak dan keluarga besar almarhum Bapak Tangwin penjaga telepon kawedanaan Kandanghaur.

Tinggalkan komentar