SEJAK PERTAMA kali mengenal Ray-Ban dan mencicipi kenyamanannya, saya jadi tergila-gila dengan Ray-Ban. Tapi Apa daya, harga Ray-Ban memang terbilang mahal dan untuk mencarinya yang benar-benar original di Indonesia rasanya sulit sekali.
Awalnya saya menganggap semua kaca mata hitam atau kita sebut saja sunglasses (karena warnanya ternyata bukan hanya sekedar hitam) adalah sama saja. Saya hanya melihat fungsinya saja yang penting tidak silau terkena terpaan sinar matahari. Tapi ternyata sejak pertama kali saya kenal Ray-Ban pada saat pemotretan udara untuk kebun Nunukan 1 di Kalimantan Timur, saya baru “ngeh” jika Ray-Ban adalah bukan sembarang sunglasses biasa. Saat itu mata saya benar-benar baru terbuka. Ray-Ban adalah produk yang benar-benar berkualitas. Build quality nya benar-benar spektakuler dan satu hal yang menurut saya paling mantap adalah pada saat memakainya rasanya beda banget dengan sunglasses biasa. Benar-benar nyaman saat memakainya dan mata berasa adem atau teduh banget.
Awal Perkenalan dengan Ray-Ban
Awal perkenalan saya dengan Ray-Ban sebenarnya gak sengaja. Saat itu pilot helikopter kegiatan pemotretan udara menggunakan kaca mata Ray-Ban tipe Aviator dengan lensa Brown. Nah, saya tanya-tanya ke beliau, “Pak, itu kaca mata apa pak? Koq kelihatannya keren banget…”. Dia langsung menjawab bahwa itu adalah kaca mata Ray-Ban yang biasa digunakan oleh para Pilot pesawat tempur Amerika. Dia menerangkan lebih lanjut bahwa penggunaan kacamata Ray-Ban itu lebih dikhususkan untuk kesehatan dan kenyamanan mata karena ketika terbang dan banyak terkena terpaan sinar matahari dan pantulan sinar dari awan, kacamata Ray-Ban yang dikenakannya bisa mengeliminir masuknya sinar yang masuk ke matanya. Jadi dia tidak merasa silau dan terganggu dengan adanya kacamata tersebut. Lebih lanjut dia meminjamkan kacamatanya untuk saya amati lebih lanjut, dan tidak menunggu lama saya langsung mengamati kaca mata itu dengan lebih teliti lagi.
Memang kalau dilihat sepintas dari jauh, kacamata Ray-Ban yang dia miliki tidak beda jauh dengan sunglasses yang biasa dijual di pasaran (istilahnya yang IDR 50 ribu-an sebuah). Tapi ketika saya pegang baru terasa perbedaannya dengan produk-produk pasaran yang dijual murah. Frame kacamata Ray-Ban tipe Aviator yang saya pegang walaupun terlihat kecil dan tipis, tapi ketika saya pegang benar-benar kokoh. Terasa sekali bahwa kualitas material yang membentuknya bukan material biasa alias materialnya merupakan pilihan. Engsel kaca matanya pun terkesan kokoh menopang kaca mata tersebut. Benar-benar mantap kesan pertama ketika memegangnya.
Lanjutkan membaca “Ray-Ban, Awal Perkenalan dan Sejarahnya”